Senin, 01 November 2010

Teori Kebangkrutan

Konsep:

- Kebangkrutan biasanya diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba. Kebangkrutan sering disebut likuidasi perusahaan atau penutupan perusahaan atau pun insolvibilitas.

- Kebangkrutan merupakan suatu keadaan atau situasi dimana perusahaan gagal atau tidak mampu lagi memenuhi kewajiban-kewajiban karena perusahaan mengalami kekurangan dan ketidakcukupan dana untuk menjalankan atau melanjutkan usahanya sehingga tujuan ekonomi yang ingin dicapai oleh perusahaan tak bisa dicapai.

Faktor-faktor penyebab kebangkrutan

1. Indikasi dari lingkungan bisnis

- Pertumbuhan ekonomi dan aktivitas ekonomi, memnerikan indikasi bagi manajemen perusahaan dalam melakukan pengambilan keputusan

- Tersedianya kredit dan aktivitas pasar modal, dapat digunakan sebagai indicator mudah atau sulitnya, murah atau mahalnya dana yang diperlukan. Sebab ini bisa menjadi penghambat dalam merebut peluang bisnis jika perusahaan tidak memiliki modal sendiri yang cukup.

- Perubahan harga memberikan indikasi yang cukup penting tentang perubahan tingkat inflasi dan keseimbangan jumlah barang yang tersedia dan diminta di pasar.

1. Indikator internal

- Utilitas modal menurun

- Pangsa pasar produk kunci menurun

- Biaya pabrikasi meningkat

- Peningkatan perputaran tenaga kerja dan manajemen

- Berpindahanya penguasaan pangsa pasar kepada pesaing

- Konflik antar manajemen dengan tujuan dan misi perusahaan

- Buruknya akuntansi perusahaan

- Tingkatan atau jenjang manajemen bertambah

1. Indicator kombinasi

- Penerapan manajemen dengan prinsip pengecualian

- Delegasi tanpa pengendalian, pengawasan, dan umpan balik

- Memasarkan produk yang salah

- Memasarkan produk pada pasar yang salah

- Tidak ada perhatian yang cukup pada penelitian dan pengembangan

- Kurang paham terhadap kebutuhan konsumen

- Perubahan regulasi

Prediksi kebangkrutan dengan teori Altman

Prediksi kebangkrutan yang diformulasikan oleh Altman dalam bentuk persamaan yang kemudian dikenal dengan formula-Z

Z = 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 +0,999X5

Formula ini merupakan kombinasi dari beberapa rasio keuangan yang dianggap dapat memprediksi terjadinya kebangkrutan pada sebuah perusahaan. Rasio-rasio tersebut merupakan rasio-rasio yang mendeteksi kondisi keuangan perusahaan yang berkaitan dengan likuiditas, profitabilitas dan aktivitas perusahaan.

Dimana:

X1 = working capital/total asset

X2 = retained earning/total asset

X3 = earning before interest and taxes/total asset

X4 = market value of equity/book value of total asset

X5 = sales/total asset

Klasifikasi Rasio:

1. Rasio likuiditas terdiri atas X1
2. Rasio profitabilitas terdiri atas X1 dan X2
3. Rasio aktivitas terdiri atas X4 dan X5

Deskripsi Z-Score

Nilai Z-score ini akan menjelaskan kondisi keuangan perusahaan yang dibagi dalam beberapa tingkatan atau kategori, yaitu:

1. Untuk nilai Z-score lebih kecil atau sama dengan 1,81 (Z-score ≤ 1,81), berarti perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan risiko tinggi.
2. Apabila diperoleh nilai Z-score antara 1,81 sampai 2,99 (1,81 < Z-score ≤ 2,99), maka perusahaan dianggap berada pada daerah kelabu (gray area). Pada kondisi ini, perusahaan mengalami masalah keuangan yang harus ditangani dengan penanganan manajemen yang tepa. Kalau terlambat dan tidak tepat penanganannya, maka perusahaan dapat mengalami kebangkrutan. Jadi pada gray area ini ada kemungkinan perusahaan bangkrut dan ada pula yang tidak. Tinggal bagaimana pihak manajemen perusahaan dapat segera mengambil tindakan untuk segera mengatasi masalah yang diambil perusahaan.
3. Untuk nilai Z-score lebih besar dari 2,99 (Z-score > 2,99) memberikan penilaian bahwa perusahaan berada dalam keadaan yang sangat sehat sehingga kemungkinan kebangkrutan sangat kecil terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar